Minggu, 25 Mei 2014

Contoh Rencana Penyuluhan dan Laporan Harian

RENCANA PENYULUHAN
(Extension Plan)



Jenis kegiatan
Kunjungan Kelompok
Hari/Tgl kegiatan
Senin/12 Mei 2014
Sasaran
Kelompok Budidaya Rumput Laut “Sarembangin Bahari”
Lokasi
Rumah ketua kelompok, Desa Kiantar Kec. Poto Tano
Alokasi waktu
2x45 menit
Materi
Program Pengembangan Budidaya Rumput Laut DKKP KSB TA. 2014 di Kec. Poto Tano
Masalah yang dihadapi
Kelompok belum mengetahui program pengembangan rumput laut dari DKPP KSB TA. 2014
Kegiatan pada saat pertemuan
1.      Penyuluh bertatap muka dan dialog.
2.      Penyuluh  menyampaikan informasi dari DKPP KSB tentang kegiatan pengembangan rumput laut di Kec. Poto Tano TA 2014.
3.      Penyuluh menjelaskan tentang kegiatan pengembangan rumput laut melalui program bantuan para-para (penjemuran rumput laut)
4.      Penyuluh menjelaskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan bantuan, yaitu dengan mengajukan proposal para-para.
5.      Penyuluh mendampingi kelompok dalam menyusun proposal.
6.      Penyuluh menutup pertemuan dengan kesimpulan.
Harapan dari kegiatan ini
Informasi yang disampaikan bisa dipahami oleh kelompok
Indikator hasil kegiatan
1.      Peserta pertemuan mengerti tentang informasi yang disampaikan penyuluh
2.      Peserta pertemuan mengerti cara menyusun proposal para-para rumput laut.
Sumber informasi
Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB
Alat bantu
Kamera dan Hp

Mengetahui,
 Kepala BP3K Kec. Poto Tano



Abdul Malik, S.Pt.
NIP. 19670810 199203 1 019


Poto Tano, 7 Mei 2014
Penyuluh Perikanan,



M. Thoyyib Habibie, S,Pi
NIP. 19760914 200901 1 006








LAPORAN PELAKSANAAN
KEGIATAN KUNJUNGAN PEMBINAAN PENYULUHAN PERIKANAN
KEPADA SASARAN KELOMPOK


1. Penyuluh Perikanan:

a. Nama                       : M. Thoyyib Habibie, S.Pi
b. Status                      : Penyuluh Perikanan PNS
c. Wilayah Kerja         : Kec. Poto Tano dan Seteluk
d. Unit Kerja               : BP3K Kec. Poto Tano

2. Dasar Pelaksanaan:

Rencana Kerja Penyuluh Perikanan thn 2014.

3. Nama Kegiatan:

Kunjungan kelompok dalam rangka pembinaan pada pelaku utama tentang  Program Pengembangan Budidaya Rumput Laut DKKP KSB TA. 2014 di Kec. Poto Tano
4. Tujuan Kegiatan:

1.      Menjelaskan tentang kegiatan pengembangan rumput laut melalui program bantuan para-para (penjemuran rumput laut)
2.      Meningkatkan pengetahuan ttg cara menyusun proposal para-para rumput laut
3.      Membantu memfasilitasi penyusunan proposal para-para rumput laut

5. Pelaksanaan Kegiatan:

§  Waktu            : Jam 11.30 WITA
§  Hari/Tanggal  : Senin/12 Mei 2014
§  Tempat           : Rumah Ketua Kelompok Sarembangin Bahari Ds. Kiantar
§  Pelaksana       : Penyuluh Perikanan
§  Sasaran          : Kelompok Sarembangin Bahari
§  Pihak terkait : BP3K Poto Tano

6. Hasil Pekerjaan:

Materi Pokok/
Submateri Pokok
Hasil/Capaian
Keterangan
Program Pengembangan Budidaya Rumput Laut DKKP KSB TA. 2014 di Kec. Poto Tano
1.   Bertambahnya pemahaman dan pengetahuan 6 orang pelaku utama perikanan tentang Program Pengembangan Budidaya Rumput Laut DKKP KSB TA. 2014 di Kec. Poto Tano
2.   Meningkatnya pengetahuan 6 orang pelaku utama tentang   penyusunan proposal para-para rumput laut
-


Mengetahui,
Kepala BP3K Kec. Poto Tano,



(Abdul Malik, S.Pt)
NIP. 19670810 199203 1 019

Poto Tano, 16  Mei 2014
Penyuluh Perikanan,



(M. Thoyyib Habibie, S.Pi)
NIP. 19760914 200901 1 006

Laporan Bulanan Penyuluh itu untuk apa ?



Bertempat di aula BKP5K rapat koordinasi penyuluh se-KSB digelar pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014. Rapat  dihadiri oleh semua penyuluh, koordinator penyuluh, Kepala BP3K, Kepala Badan dan Kabid BKP5K. Rapat membahas hasil kesepakatan Sembalun yang berisi beberapa hal di antaranya adalah indikator kinerja penyuluh dan disiplin penyuluh. Menurut Kaban KP5K kesepakatan Sembalun adalah kesepakatan bersama seluruh Bapeluh se-NTB dengan Bakorluh NTB karena itu mau tidak mau harus dijalankan.
Untuk mengevaluasi kinerja penyuluh, di akhir pertemuan Kaban membacakan beberapa nama penyuluh yang belum mengumpulkan laporan bulanan penyuluh. Satu per satu nama penyuluh disebut. Rasanya campur aduk antara geli dan gemes. Bahkan ada yang tertawa lebar begitu mendengarnya. Mengapa teman-teman penyuluh terkesan begitu nyantai tidak membuat laporan bulan Maret dan April 2014, padahal sekarang sudah akhir bulan Mei 2014. Ada apa dengan penyuluh? Bukankah semuanya sudah paham bahwa laporan bulanan itu untuk mencairkan BOP? Laporan bulanan itu sebagai syarat pencairan honor/gaji penyuluh THL dan sebagai bahan mengajukan DUPAK bagi penyuluh PNS. DUPAK itu berkaitan dengan kenaikan pangkat berarti menyangkut nasib dan kesejahteraan penyuluh. Laporan bulanan juga sebagai bahan penilaian lomba penyuluh berprestasi. Tapi, mengapa tidak dibuat? Kalau tidak dibuat maka komitmen penyuluh terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan juga dipertanyakan. Bagaimana penyuluh memperjuangkan nasib petani dan nelayan sementara dirinya saja tidak diperhatikan. Singkatnya, mereka yang telah membuat laporan bulanan berarti punya kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan. 
Kalau mau dicermati, laporan bulanan penyuluh itu adalah salah satu indikator kinerja penyuluh di lapangan. Bagaimana mungkin seorang penyuluh bisa membuat laporan penyuluhan kalau tidak melakukan kegiatan penyuluhan lebih dulu di lapangan. Jika tidak punya laporan bulanan menandakan bahwa penyuluh itu dianggap tidak turun ke lapangan. Kadang ada yang berdalih sudah ke lapangan, tapi kalau didesak di lapangan mana, tidak bisa menjawab. Lapangan sepak bola? Kan tidak. Kalau memang sudah ke lapangan mengapa tidak membuat laporan? Ini kan aneh. Makanya ketika dibacakan nama penyuluh yang belum membuat laporan bulanan, terus terang saya sangat prihatin dan heran. Herannya mengapa teman-teman tidak bisa meluangkan waktu untuk menulis laporan yang “hanya” 1 lembar saja sebulan. Padahal ngetik selembar itu sebentar. Jujur, kita harus berani mengatakan bahwa penyuluh itu malas kerja. Malas turun ke lapangan dan malas membuat laporan. Yang lain bilang :” Lho, kan tidak semua malas, masih ada yang rajin.” Benar. Tidak semua malas. Tapi ini adalah sebuah institusi. Kalau jelek satu maka akan nampak jelek semuanya. Malas satu maka akan dicap malas semuanya.
Kalau begini apa yang harus dilakukan…?  
Pertama, harus dicari dulu jawaban dari pertanyaan : pertanyaan pertama mengapa penyuluh tidak turun ke lapangan? Jawab; karena lemahnya sistem penyuluhan. Sistem penyuluhan di BKP5K ini tidak jelas (termasuk BP3K). Tidak jelasnya, tidak jelas mau apa dan mau ke mana, karena masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Karena berjalan sendiri-sendiri maka penyuluh merasa “dibiarkan” turun sendiri ke lapangan tanpa ada pendampingan dari kabupaten, tanpa pengawasan, tanpa ada peringatan dan tanpa ada teguran. Kalau salah tidak ada yang mengingatkan dan meluruskan. Tidak ada yang peduli pada penyuluh, penyuluh mau ke mana terserah. Mau ke lapangan atau mau pulang ke rumah juga nggak apa-apa, ndak ada yang tahu. Ujung-ujungnya akan muncul anggapan “kalau tidak turun ke lapangan tidak apa-apa toh tidak ada yang negur, bos juga ndak pernah turun ke lapangan lihat kita…nyantai saja…. Kalau tidak membuat laporan ya…tidak apa-apa”.
Begitulah kira-kira.  Lalu muncul pertanyaan kedua, mengapa tidak membuat laporan bulanan? Jawabannya :
1.      Karena tidak ke lapangan. Makanya tidak bisa menyusun laporan. Masalahnya mengarang laporan itu ternyata lebih susah dibanding turun ke lapangan.  Berdasarkan pengalaman, kalau sudah turun ke lapangan itu ternyata menyusun laporan jadi mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Ya, betul itu. Kalau tidak percaya coba saja. Turun ke lapangan dulu pasti akan mudah menyusun laporannya.
2.      Punya karakter malas menulis, makanya tidak membuat laporan bulanan. Kelemahan penyuluh adalah tidak mencatat apa yang akan dikerjakannya dan tidak menulis apa yang telah dilakukannya. Karena itu tidak tertib administrasinya. Penyuluh macam ini tidak bisa mendampingi kelompok tani atau nelayan. Bagaimana mungkin dia membimbing kelompok agar kelompok mempunyai administrasi yang baik dan benar  sementara dirinya saja catatannya amburadul? Lucu jadinya. Bagaimana mungkin menghasilkan karya penyuluhan yang lebih besar, menghasilkan karya tulis berupa laporan bulanan 1 lembar saja tidak bisa.
Kedua, sudah saatnya Kaban harus sering turun ke lapangan mengecek keberadaan penyuluh. Ini penting sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan kepada bawahan. Nggak apa-apa meniru sedikit gaya Jokowi yang gemar “blusukan” ke pasar-pasar. Kalau Kaban ya…blusukannya ke lapangan bersama penyuluh. Kalau jarang turun ke lapangan melihat lokasi dan bertemu penyuluh, maka penyuluh akan tetap merasa dibiarkan oleh atasannya dan ini tidak baik untuk kemajuan BKP5K. Kaban juga harus tegas mengambil sikap terhadap penyuluh yang malas karena itu bolehlah meniru sedikit gaya Prabowo yang tegas mengambil keputusan. Memutuskan mengambil tindakan berupa pemberian sanksi atau tidak bagi penyuluh yang tidak membuat laporan bulanan. Itu saja. [] 

Rabu, 07 Mei 2014

CARA MENENTUKAN TEMA


Bagaimana menentukan tema/topik pembicaraan pada saat kunjungan lapangan, baik anjangsana maupun kunjungan kelompok?

Cara pertama, mempelajari dan mengamati apa yang dikerjakan petani/nelayan kemudian menentukan tema. Cara kedua, bekerja sama dengan petani/nelayan untuk tukar informasi lewat telepon. Penyuluh merutinkan diri menelepon petani/nelayannya bertujuan menanyakan masalah yang sedang dihadapi saat ini. Setelah tahu masalahnya apa, baru kemudian menentukan tema untuk dijadikan bahan pembicaraan pada saat kunjungan lapangan. Bisa juga petani yang nelpon ke penyuluh, kemudian penyuluh mencatat apa yang disampaikannya. 
Contoh :
Untuk mendapatkan informasi tentang masalah yang dihadapi petani/nelayan, penyuluh menelepon petani/nelayannya. 

Penyuluh : “Assalamu ‘alaikum. Bagaimana kabarnya Pak, lagi sibuk apa sekarang?”
Petani ikan : “Wa’alaikum salaam. Kabar baik,Pak. Ini lagi ngembangkan ikan patin di karamba dengan entok. Entoknya saya bikinkan kandang, kandang itu saya taruh di atas kolam ikan”.
Penyuluh : “ Ada masalah Pak,?”
Petani ikan : “ Ini… ada yang bilang ke saya, budidaya ikan patin dengan entok itu tidak baik. Katanya airnya jadi tidak bagus untuk ikan. Gitu dia bilang”
Penyuluh : “ O, begitu ya.. Oke lah. Kalau gitu hari Senin kita bisa bertemu Pak? Saya akan lihat karambanya Bapak.”
Petani ikan: “ Oke, Pak. Bisa, datang saja, saya pagi ada di kolam”.
Penyuluh : “ Baiklah kalo gitu. Sampai ketemu besok Pak. Yuk, Salaa mualaikum”.
Petani ikan : “ Waalaikum salam.”

Dari percakapan singkat lewat HP tersebut bisa diambil kata kuncinya : ikan patin-KJA-entok-kualitas air, maka dari kata kunci tersebut kita bisa menentukan temanya. Tema pertama ikan patin. Pada saat pertemuan pertama kita banyak menbicarakan ikannya, biologi singkatnya, kebiasaan makannya dan pertumbuhannya bagaimana. Tema kedua, KJA. Bagaimana konstruksinya, bagaimana perawatannya dan sebagainya. Tema ketiga, entok. Biologi singkatnya, makanannya apa dan pemasarannya sulit apa tidak. Jika tidak menguasai materi entok kita bisa mengajak penyuluh peternakan untuk berperan menceritakan kelebihan entok tersebut. Baik tema pertama, kedua dan ketiga bisa diatur kapan akan disampaikan ke petani ikan tersebut.  (toyib)