Tugas penyuluh adalah menyuluh,
memberikan pemahaman kepada petani/nelayan. Diterima atau tidak itu hanya soal
waktu. Tetaplah menyuluh karena suatu saat kita akan menemukan jalan yang
terang. Rajinlah mengunjungi maka hikmah akan kita dapatkan. Teruslah mengetuk
maka pintu akan dibukakan.
***
Mungkin di antara kita ada yang tidak
nyaman menjadi penyuluh. Sering mendapat
keluhan dan komplain dari petani/nelayan
karena masalah yang dihadapinya. Pusing tujuh keliling karena kritikan
masyarakat, atasan atau teman kerja yang tidak sepaham dengan kita. Boro-boro
menyelesaikan masalah orang lain. Masalah sendiri saja banyak, bagaimana kalau
ditambah masalah orang?
Tidak heran sering kita bekerja
seperti “Andi Lau” -antara dilema dan galau-. Hidup penuh dengan problem. Problem
adalah tamu yang tidak diundang. Beban pekerjaan yang sebenarnya ringan terasa berat
dipundak ketika ada problem/masalah. Bila ini terjadi maka waktu terasa lama
dan kita jadi enggan bekerja. Dua jam rapat terasa sehari. Berhadapan dengan rutinitas
yang dianggap menjemukan. Saat jam kerja yang dipikirkan cuma ingin cepat
pulang. Selalu menunggu jam makan, kapan istirahatnya, libur dan tanggal
gajian. Gejala ini menandakan bahwa kita tidak bahagia di tempat kerja. Akhirnya
menderita jadi penyuluh. Begitukah?
Kita ditakdirkan sebagai manusia.
Sampai kapan pun tetap manusia. Tidak akan berubah menjadi binatang. Hanya saja
sifat-sifat binatanglah yang kadang melekat pada diri kita. Ingin menang sendiri, serakah, melukai
(perasaan), membunuh dan lain-lain.
Bayangkan. Jika seumur hidup ditakdirkan menjadi penyuluh. Sampai kapan kita bisa bertahan menghadapi
suasana yang tidak nyaman seperti di atas? Apakah selamanya akan menderita? Kalau
tidak ingin menderita maka satu-satunya pilihan adalah kita harus bahagia
menjadi penyuluh. Bagaimana caranya agar kita bisa bahagia menjadi penyuluh?
Seribu satu macam cara agar bahagia
menjadi penyuluh. Pertama, kita harus bisa menumbuhkan rasa cinta pada pekerjaan
penyuluh. Kalau tidak ada rasa cinta maka akan sulit mengerjakan kegiatan
penyuluhan. Terimalah kenyataan bahwa diri kita saat ini adalah sebagai
penyuluh. Nyatakan pada diri :” Aku harus ikhlas menerima kenyataan ini. Tidak boleh
mengeluh karena jadi penyuluh. Terima
kasih Tuhan, Engkau telah memberikan pekerjaan yang baik untukku.”
Kedua, kita harus tanamkan semangat mengembangkan diri. Mengembangkan
diri berarti berusaha membekali diri dengan ilmu agar bisa menyikapi masalah
dengan benar. Kalau ilmu kita banyak kita akan mudah mengatasi masalah/konflik.
Jika berhenti mengembangkan diri, maka cepat atau lambat kita akan mudah jatuh.
Nggak bisa bangun. Belum sempat bangun sudah ketimbun masalah lagi. Menyerah
dan kalah. Kita akan mudah stres dengan suasana yang tidak nyaman. Depresi
berkepanjangan. Kita akan sulit menghadapi dunia ini. Dunia penyuluhan. Masalah
akan muncul setiap saat menerpa siapa saja termasuk kita, penyuluh. Mau
menghindar dari masalah? Menghindari masalah akan berhadapan dengan masalah baru
yang mungkin jauh lebih besar dari semula. Kalau ketemu masalah jangan lari. Baik di rumah, di kantor dan di lapangan. “Hadapi
saja..” Begitu kata Iwan Fals. Hadapilah setiap masalah dengan hati yang
tenang. Insya Allah ada jalan…
Selesai mengatasi masalah jangan
terlena. Kita harus tetap bekerja. Bekerja terus. Bukannya tanpa istirahat.
Tetap istirahat tapi yang wajar saja agar waktu yang ada benar-benar efektif
bermanfaat dan menghasilkan. Kita harus berbuat terus, belajar dan memperbaiki
diri. Kalau hanya diam saja maka kita akan ketinggalan dan tetap berada di zona
tidak aman. Berbuatlah. Teruslah menggali maka sumber air akan kita dapatkan. Teruslah
mengasah maka pisau akan tajam. (toyib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar