Rabu, 12 Maret 2014

BAHAGIA MENJADI PENYULUH...




Tugas penyuluh adalah menyuluh, memberikan pemahaman kepada petani/nelayan. Diterima atau tidak itu hanya soal waktu. Tetaplah menyuluh karena suatu saat kita akan menemukan jalan yang terang. Rajinlah mengunjungi maka hikmah akan kita dapatkan. Teruslah mengetuk maka pintu akan dibukakan.
***
Mungkin di antara kita ada yang tidak nyaman menjadi penyuluh.  Sering mendapat keluhan dan komplain dari  petani/nelayan karena masalah yang dihadapinya. Pusing tujuh keliling karena kritikan masyarakat, atasan atau teman kerja yang tidak sepaham dengan kita. Boro-boro menyelesaikan masalah orang lain. Masalah sendiri saja banyak, bagaimana kalau ditambah masalah orang?
Tidak heran sering kita bekerja seperti “Andi Lau” -antara dilema dan galau-. Hidup penuh dengan problem. Problem adalah tamu yang tidak diundang. Beban pekerjaan yang sebenarnya ringan terasa berat dipundak ketika ada problem/masalah. Bila ini terjadi maka waktu terasa lama dan kita jadi enggan bekerja. Dua jam rapat terasa sehari. Berhadapan dengan rutinitas yang dianggap menjemukan. Saat jam kerja yang dipikirkan cuma ingin cepat pulang. Selalu menunggu jam makan, kapan istirahatnya, libur dan tanggal gajian. Gejala ini menandakan bahwa kita tidak bahagia di tempat kerja. Akhirnya menderita jadi penyuluh. Begitukah?
Kita ditakdirkan sebagai manusia. Sampai kapan pun tetap manusia. Tidak akan berubah menjadi binatang. Hanya saja sifat-sifat binatanglah yang kadang melekat pada diri kita.  Ingin menang sendiri, serakah, melukai (perasaan), membunuh dan lain-lain.  Bayangkan. Jika  seumur hidup  ditakdirkan menjadi penyuluh.  Sampai kapan kita bisa bertahan menghadapi suasana yang tidak nyaman seperti di atas? Apakah selamanya akan menderita? Kalau tidak ingin menderita maka satu-satunya pilihan adalah kita harus bahagia menjadi penyuluh. Bagaimana caranya agar kita bisa bahagia menjadi penyuluh?  
Seribu satu macam cara agar bahagia menjadi penyuluh. Pertama, kita harus bisa menumbuhkan rasa cinta pada pekerjaan penyuluh. Kalau tidak ada rasa cinta maka akan sulit mengerjakan kegiatan penyuluhan. Terimalah kenyataan bahwa diri kita saat ini adalah sebagai penyuluh. Nyatakan pada diri :” Aku harus ikhlas menerima kenyataan ini. Tidak boleh mengeluh karena jadi penyuluh.  Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan pekerjaan yang baik untukku.”
Kedua, kita harus tanamkan  semangat mengembangkan diri. Mengembangkan diri berarti berusaha membekali diri dengan ilmu agar bisa menyikapi masalah dengan benar. Kalau ilmu kita banyak kita akan mudah mengatasi masalah/konflik. Jika berhenti mengembangkan diri, maka cepat atau lambat kita akan mudah jatuh. Nggak bisa bangun. Belum sempat bangun sudah ketimbun masalah lagi. Menyerah dan kalah. Kita akan mudah stres dengan suasana yang tidak nyaman. Depresi berkepanjangan. Kita akan sulit menghadapi dunia ini. Dunia penyuluhan. Masalah akan muncul setiap saat menerpa siapa saja termasuk kita, penyuluh. Mau menghindar dari masalah? Menghindari masalah akan berhadapan dengan masalah baru yang mungkin jauh lebih besar dari semula. Kalau ketemu masalah jangan lari. Baik  di rumah, di kantor dan di lapangan. “Hadapi saja..” Begitu kata Iwan Fals. Hadapilah setiap masalah dengan hati yang tenang. Insya Allah ada jalan…


Selesai mengatasi masalah jangan terlena. Kita harus tetap bekerja. Bekerja terus. Bukannya tanpa istirahat. Tetap istirahat tapi yang wajar saja agar waktu yang ada benar-benar efektif bermanfaat dan menghasilkan. Kita harus berbuat terus, belajar dan memperbaiki diri. Kalau hanya diam saja maka kita akan ketinggalan dan tetap berada di zona tidak aman. Berbuatlah. Teruslah menggali maka sumber air akan kita dapatkan. Teruslah mengasah maka pisau akan tajam. (toyib)

Sabtu, 01 Maret 2014

Biar Tidak Bosan





Sudah menjadi tugas kita sebagai penyuluh bahwa setiap hari kita harus melakukan kunjungan ke kelompok binaan di wilayah masing-masing sesuai dengan jadwal yang sudah kita buat. Seringnya melakukan kunjungan baik anjangsana maupun kunjungan kelompok kadang membuat kita merasa jenuh dan bosan. Tema pembicaraan seputar itu-itu saja sehingga petani/nelayan yang kita kunjungi juga merasakan hal yang sama. Tidak ada pertanyaan dan tidak ada ide-ide bagus yang muncul pada saat pertemuan. Kalau keadaannya begini menandakan kita sudah kehabisan kata, kehabisan bahan pembicaraan. Blank, tidak ada sinyal. Karena tidak ada sinyal maka pembicaraan jadi tidak nyambung. Akibat yang serius petani/nelayan akan malas dan enggan bertemu dengan kita karena tidak ada yang menarik lagi dari apa yang akan kita sampaikan.
Untuk menghindari rasa jenuh dan bosan saat kunjungan, berikut ada beberapa kiat praktis yang mungkin bisa dicoba :
1.  Membatasi kunjungan hanya dengan kelompok tani/nelayan yang itu-itu saja.
2.  Memperbanyak materi dialog supaya tidak monoton. Selingi dengan cerita/masalah lain yang lagi hangat diberitakan. Misalnya soal politik, ekonomi, hukum, perkembangan harga barang dan kebijakan pemerintah saat ini dan yang akan datang. Cerita orang-orang yang sukses juga sangat  bagus untuk disampaikan pada saat pertemuan.
3.  Petani/nelayan kita adalah masyarakat yang kurang membaca, karena itu sebaiknya kita sempatkan diri membawa koran atau majalah yang berkaitan dengan agribisnis pertanian dan perikanan.    Dengan membawa koran/majalah, kita bisa menceritakan apa isi koran/majalah itu. Pengetahuannya tentang dunia luar jadi tambah. Topik pembicaraan juga macam-macam dan materi penyuluhan lebih bervariasi.
4.    Mayoritas petani/nelayan kita minim informasi karena jauh dengan akses untuk mendapatkannya. Karena itu, mengenalkan petani/nelayan dengan internet sangat baik untuk menambah informasi terkini berkaitan dengan perkembangan teknologi dan peluang pasar. Dengan membawa modem dan laptop kita bisa menyampaikan materi penyuluhan dan informasi penting  dari internet. Apa yang kita bicarakan jadi lebih menarik, ide muncul dengan spontan. Pertanyaan datang  silih berganti karena ada antusias mereka terhadap apa yang kita sampaikan. Suasana pertemuan jadi hidup dan menyenangkan. Kita juga nyaman ada di tengah-tengah mereka karena kita merasakan tidak akan kehabisan kata-kata. (toyib)

Penyuluh Tradisional Vs Modern





Masih ingatkah kita? Dulu kita BERHASIL mengadakan pertemuan di ruang Setda dihadiri Kepala Bakorluh NTB, Dr. Ir. Masyhur, MS beserta jajarannya. Dengan antusias semua penyuluh dan pejabat BP2KP waktu itu hadir untuk mendengarkan informasi berkaitan dengan program kegiatan penyuluhan. Peserta pertemuan dalam rangka safari ramadan Bakorluh NTB itu tampak serius mengikuti acara. Sesekali muncul tawa riuh dari hadirin karena pembicara dari Bakorluh begitu bersemangat dan sangat menghibur. Sebentar saja acaranya namun sangat berkesan. Boleh dikata, panitia telah SUKSES menggelar pertemuan penyuluh meskipun tanpa snack dan minuman ala kadarnya. 
Ini adalah potret kecil kesuksesan yang tidak kita sadari. Beberapa kesuksesan yang lain pernah kita raih. Termasuk diantaranya adalah pada waktu kuliah kita pernah SUKSES melakukan penelitian  sehingga menghasilkan karya tulis  yang bersejarah dalam hidup kita. Karya tulis ini yang menjadi kebanggaan kita karena kita melakukan dengan penuh dedikasi, menyelesaikannya dengan penuh perjuangan dan berhasil mempertanggung-jawabkannya di hadapan suatu komisi ujian lisan tanpa hambatan.
Sekarang saya ajak Anda untuk mencermati sebuah pertanyaan. Pertanyaan ini tidak bermaksud untuk menghayal dan berangan-angan. Semata hanya berharap kebaikan untuk mengulang KESUKSESAN. Siapa tahu suatu saat jadi kenyataan. Pertanyaannya adalah : “Apa yang akan terjadi jika…….masing-masing penyuluh dengan kesadaran sendiri melakukan penelitian sesuai bidangnya?”. Mungkin Anda punya jawaban sendiri dengan sudut pandang yang berbeda. Menurut saya begini. Kalau itu terjadi maka dalam waktu setahun BKP5K akan menghasilkan karya tulis ilmiah sebanyak 75 judul karena jumlah penyuluh saat ini adalah 75 orang. Akan terbit jurnal penelitian tiap tahunnya.  Sebagian dari hasil temuan itu pasti ada yang diterapkan oleh petani/nelayan dan bermanfaat bagi mereka. Di antara kita pasti ada yang tertarik melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun sebagian ada yang berkata :“Wah …sulit itu, Pak. Kita kan bukan di balai penelitian!”. Ada lagi yang mengatakan : ” Tidak mungkin…, jelas tidak bisa. Kalau tidak ada dana tidak bisa”. Yang lain bilang: “ Bisa. Kita kerjakan bersama to,…”


Pertanyaan di atas saya ulangi lagi. “Apa yang akan terjadi jika….setiap penyuluh BERHASIL melakukan penelitian dan menyusun karya tulis ilmiah?”. Jika ini terjadi, maka mulai saat itulah terjadi perubahan sikap dan pola pikir penyuluh. Perubahan kebiasaan atau tradisi. Dari tradisi menyuluh secara tradisional menjadi menyuluh secara modern. Ada istilah di sini yang saya gunakan,  penyuluh tradisional dan penyuluh modern.  Oke, sebaiknya kita bercermin dari nelayan karena ada nelayan tradisional dan ada nelayan modern. Namun harus kita sepakati dulu bahwa penyuluh dengan nelayan jelas berbeda karena memiliki tugas dan peran masing-masing. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perbedaannya bacalah dan perhatikan baik-baik tabel berikut ini.
Tabel 1. Ciri-ciri nelayan tradisional dan nelayan modern.
No.
Kriteria Kerja
Nelayan
Tradisional
Modern
1.
Metode penangkapan
Menggunakan cara yang sederhana
teknologinya sudah canggih/terkini
2.
Alat
Alat tangkapnya masih tradisional: pancing ulur, panah, tombak dan jebak
Menggunakan pancing,  jaring purse sein dan kapal besar dilengkapi GPS dan sonar.
3.
Wilayah kerja/ daerah operasional penangkapan
Sekitar pantai dengan jarak beberapa km saja.
Luas dan jauh ber mil-mil dari garis pantai, mampu menjelajah selat dan samudera.
4.
Hasil kerja/hasil tangkapan
1.    Sedikit, hanya beberapa kg saja. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum cukup untuk menabung dan menambah modal
2.    Tidak bernilai ekonomis penting, kalau dijual harganya murah.
1. Banyak. Bisa mencapai ratusan kg bahkan ber ton-ton sekali bongkar kapal. Hasil uangnya bisa ditabung dan menambah modal.

2. Bernilai ekonomis penting, merupakan ikan yang dibutuhkan pasar.
5.
Masa kerja
Sebentar, hanya beberapa jam saja melaut. Kalau cuaca sedikit tidak mendukung tidak mau kerja
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan melaut.
6.
Pengetahuan dan Sikap
Minim. Hanya tahu kehidupan sehari-hari disekitar keluarganya saja. Jauh dari informasi. Etos kerjanya di bawah rata-rata, tidak ada usaha untuk berubah jadi maju.
Pengetahuannya banyak. Mampu mengakses informasi teknologi dari koran, majalah dan internet. Selalu ingin maju dan berubah kearah yang lebih baik.

Setelah membaca tabel di atas coba kita ulas sedikit tentang penyuluh. Ada apa dengan penyuluh? Menurut saya, seperti yang tertulis di atas, ada penyuluh tradisional dan ada penyuluh modern. Bedanya :
1.        Metode penyuluhan. Penyuluh tradisional itu hanya melaksanakan satu atau beberapa metode penyuluhan saja, anjangsana dan kunjungan kelompok. Kalau tidak bertemu dengan sasaran maka kembali ke kantornya atau pulang. Penyuluh modern menerapkan metode penyuluhan yang bermacam-macam. Ada anjangsana, kunjungan kelompok, demplot, temu wicara,temu usaha, gelar teknologi, pemutaran film, pameran, menyusun karya tulis ilmiah dll.
2.        Alat penyuluhan. Alat yang digunakan penyuluh tradisional itu masih terbatas, minim sarana dan sangat sederhana. Hanya berbekal kendaraan roda dua, Hp dan laptop saja. Sedangkan penyuluh modern dilengkapi/ melengkapi diri dengan peralatan komplit ; Hp, laptop, seragam, modem, tesk kit, kamera, LCD, kendaraan dan lain-lain.
3.        Wilayah kerja/daerah operasional penyuluh. Seperti halnya nelayan tradisional. Wilayah kerja penyuluh tradisional itu sempit. Hanya di rumah ketua kelompok, lahan anggota, kantor desa dan kantornya sendiri. Tidak demikian dengan penyuluh modern. Penyuluh modern itu aktif bergerak. Ia ada di mana-mana dan bisa ke mana-mana, sering berada di lahan petani/nelayan. Kantor desa tak pernah ketinggalan. Ia juga menyempatkan diri ke instansi terkait seperti dinas, balai pembenihan, balai penelitian, stand pameran teknologi, lembaga pendidikan (sekolah, pesantren dan kampus), tempat ibadah, bank, perusahaan, pasar dan ke BP3K lain untuk studi banding baik di dalam kabupaten maupun luar kabupaten.
4.        Hasil kerja. Hasil kerja penyuluh tradisional itu sangat jauh berbeda dengan penyuluh modern. Padahal waktu kerjanya sama, sehari 24 jam tapi yang dihasilkan berbeda. Penyuluh tradisional hanya menghasilkan RKP, monografi desa, programa dan laporan bulanan dengan nilai angka kredit yang rendah. Itu saja. Sedangkan penyuluh modern mampu menghasilkan RKP, monografi desa, programa dan laporan bulanan. Bisa membuat brosur, sound slide, film, poster, spanduk, booklet, web, blog, naskah, tulisan lepas, teknologi tepat guna, makalah, penelitian, karya ilmiah, buku dsb. Hasil karyanya bermutu tinggi dan layak jual karena bernilai ekonomis penting. Di samping itu ia juga menelorkan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep dan pemikiran yang mencerahkan.
5.        Masa kerja. Masa kerja penyuluh tradisional itu sebentar saja. Hanya beberapa jam di anggota atau kelompok, ngobrol sebentar tidak lama kemudian kembali ke kantornya untuk berdiskusi dengan teman-temannya. Kalau cuaca tidak mendukung malah tidak kerja atau tidak turun ke lapangan. Penyuluh modern pandai memanfaatkan waktu. Masa kerjanya penuh, full time. Sehari 24 jam ia habiskan untuk hal-hal yang produktif. Waktu luangnya diisi dengan membaca dan menulis. Istirahatnya dimanfaatkan betul untuk tidur 7-8 jam sehari. Tidak mau lebih dan tidak mau kurang. Kebanyakan tidur mendatangkan kemalasan, kurang tidur jadi susah mikir karena ngantuk.
6.        Pengetahuan dan sikap. Ini yang paling penting untuk diketahui. Pengetahuan yang dimiliki penyuluh tradisional itu sedikit. Sedikit yang ia tahu tentang bidang yang ditekuninya. Dan tidak mau tahu dengan seberapa besar pengetahuan yang telah dimilikinya. Ia asyik dengan zona nyamannya sebagai penyuluh yang nyantai, jauh dari deadline dan target kerja yang tinggi. Ia juga tidak berusaha untuk meningkatkan potensi dan keunggulan diri dengan banyak membaca, mengikuti pelatihan dan lain sebagainya. Ia cukup puas dengan hanya melaksanakan tugas sehari-hari datang ke kantor, ketemu petani/nelayan dan menyusun laporan bulanan, awal bulan terima gaji. Selesai sudah. Sebaliknya penyuluh modern itu…memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Ia tidak mau terlena berada di zona nyaman. Ia selalu berusaha untuk mencoba hal-hal yang baru. Akrab dengan percobaan dan penelitian. Ide-idenya segar, gagasannya brilian dan konsepnya jelas. Itu semua karena selalu meng-update (memperbarui) status informasi dan beritanya. Sumber beritanya dari koran, majalah,radio, tv, internet, jurnal penelitian dan buku. Senang sekali bercengkrama dengan tantangan. Baginya kesuksesan bukanlah bisa meraih sesuatu, tapi berani menghadapi rintangan dan melewati tantangan. Penyuluh modern itu selalu berusaha meningkatkan potensi diri karena itu ia senang mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, diskusi, studi banding  dan sebagainya.
Demikianlah perbedaan antara penyuluh tradisional dengan penyuluh modern versi saya. Sekarang kembali ke pertanyaan di atas namun saya rubah sedikit jadi begini:
“Apa yang akan terjadi jika…. kita mengajak nelayan tradisional menjadi nelayan modern sementara diri kita masih menjadi penyuluh tradisional?”..
Wallahu a’lam bis showaab.(toyib)