Masih ingatkah kita? Dulu kita BERHASIL mengadakan pertemuan di
ruang Setda dihadiri Kepala Bakorluh NTB, Dr. Ir. Masyhur, MS beserta
jajarannya. Dengan antusias semua penyuluh dan pejabat BP2KP waktu itu hadir
untuk mendengarkan informasi berkaitan dengan program kegiatan penyuluhan. Peserta
pertemuan dalam rangka safari ramadan Bakorluh NTB itu tampak serius mengikuti
acara. Sesekali muncul tawa riuh dari hadirin karena pembicara dari Bakorluh begitu
bersemangat dan sangat menghibur. Sebentar saja acaranya namun sangat berkesan.
Boleh dikata, panitia telah SUKSES menggelar pertemuan penyuluh meskipun tanpa
snack dan minuman ala kadarnya.
Ini adalah potret kecil kesuksesan yang tidak kita sadari. Beberapa
kesuksesan yang lain pernah kita raih. Termasuk diantaranya adalah pada waktu
kuliah kita pernah SUKSES melakukan penelitian
sehingga menghasilkan karya tulis
yang bersejarah dalam hidup kita. Karya tulis ini yang menjadi
kebanggaan kita karena kita melakukan dengan penuh dedikasi, menyelesaikannya
dengan penuh perjuangan dan berhasil mempertanggung-jawabkannya di hadapan
suatu komisi ujian lisan tanpa hambatan.
Sekarang saya ajak Anda untuk mencermati sebuah pertanyaan.
Pertanyaan ini tidak bermaksud untuk menghayal dan berangan-angan. Semata hanya
berharap kebaikan untuk mengulang KESUKSESAN. Siapa tahu suatu saat jadi
kenyataan. Pertanyaannya adalah : “Apa yang akan terjadi jika…….masing-masing
penyuluh dengan kesadaran sendiri melakukan penelitian sesuai bidangnya?”. Mungkin
Anda punya jawaban sendiri dengan sudut pandang yang berbeda. Menurut saya
begini. Kalau itu terjadi maka dalam waktu setahun BKP5K akan menghasilkan karya
tulis ilmiah sebanyak 75 judul karena jumlah penyuluh saat ini adalah 75 orang. Akan terbit jurnal penelitian tiap tahunnya. Sebagian dari hasil temuan itu pasti ada yang
diterapkan oleh petani/nelayan dan bermanfaat bagi mereka. Di antara kita pasti
ada yang tertarik melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun sebagian ada yang berkata :“Wah …sulit itu, Pak. Kita
kan bukan di balai penelitian!”. Ada lagi yang mengatakan : ” Tidak mungkin…, jelas
tidak bisa. Kalau tidak ada dana tidak bisa”. Yang lain bilang: “
Bisa. Kita kerjakan bersama to,…”
Pertanyaan di atas saya ulangi lagi. “Apa yang akan terjadi jika….setiap
penyuluh BERHASIL melakukan penelitian dan menyusun karya tulis ilmiah?”. Jika ini terjadi, maka
mulai saat itulah terjadi perubahan sikap dan pola pikir penyuluh. Perubahan kebiasaan
atau tradisi. Dari tradisi menyuluh secara tradisional menjadi menyuluh secara
modern. Ada istilah di sini yang saya gunakan,
penyuluh tradisional dan penyuluh modern. Oke, sebaiknya kita bercermin dari nelayan
karena ada nelayan tradisional dan ada nelayan modern. Namun harus kita
sepakati dulu bahwa penyuluh dengan nelayan jelas berbeda karena memiliki tugas
dan peran masing-masing. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perbedaannya bacalah
dan perhatikan baik-baik tabel berikut ini.
Tabel 1. Ciri-ciri nelayan tradisional dan nelayan modern.
No.
|
Kriteria Kerja
|
Nelayan
|
Tradisional
|
Modern
|
1.
|
Metode penangkapan
|
Menggunakan cara
yang sederhana
|
teknologinya sudah
canggih/terkini
|
2.
|
Alat
|
Alat tangkapnya
masih tradisional: pancing ulur, panah, tombak dan jebak
|
Menggunakan pancing, jaring purse sein dan kapal besar
dilengkapi GPS dan sonar.
|
3.
|
Wilayah kerja/ daerah
operasional penangkapan
|
Sekitar pantai
dengan jarak beberapa km saja.
|
Luas dan jauh ber
mil-mil dari garis pantai, mampu menjelajah selat dan samudera.
|
4.
|
Hasil kerja/hasil tangkapan
|
1.
Sedikit, hanya
beberapa kg saja. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum
cukup untuk menabung dan menambah modal
2.
Tidak bernilai
ekonomis penting, kalau dijual harganya murah.
|
1.
Banyak. Bisa
mencapai ratusan kg bahkan ber ton-ton sekali bongkar kapal. Hasil uangnya
bisa ditabung dan menambah modal.
2.
Bernilai
ekonomis penting, merupakan ikan yang dibutuhkan pasar.
|
5.
|
Masa kerja
|
Sebentar, hanya
beberapa jam saja melaut. Kalau cuaca sedikit tidak mendukung tidak mau kerja
|
Berhari-hari
bahkan berbulan-bulan melaut.
|
6.
|
Pengetahuan dan
Sikap
|
Minim. Hanya tahu
kehidupan sehari-hari disekitar keluarganya saja. Jauh dari informasi. Etos
kerjanya di bawah rata-rata, tidak ada usaha untuk berubah jadi maju.
|
Pengetahuannya
banyak. Mampu mengakses informasi teknologi dari koran, majalah dan internet.
Selalu ingin maju dan berubah kearah yang lebih baik.
|
Setelah membaca tabel di atas coba kita ulas sedikit tentang
penyuluh. Ada apa dengan penyuluh? Menurut saya, seperti yang tertulis di atas,
ada penyuluh tradisional dan ada penyuluh modern. Bedanya :
1.
Metode penyuluhan. Penyuluh tradisional itu hanya melaksanakan satu atau beberapa metode
penyuluhan saja, anjangsana dan kunjungan kelompok. Kalau tidak bertemu dengan
sasaran maka kembali ke kantornya atau pulang. Penyuluh modern menerapkan
metode penyuluhan yang bermacam-macam. Ada anjangsana, kunjungan kelompok, demplot,
temu wicara,temu usaha, gelar teknologi, pemutaran film, pameran, menyusun
karya tulis ilmiah dll.
2.
Alat penyuluhan. Alat yang digunakan penyuluh tradisional itu masih terbatas, minim sarana
dan sangat sederhana. Hanya berbekal kendaraan roda dua, Hp dan laptop saja.
Sedangkan penyuluh modern dilengkapi/ melengkapi diri dengan peralatan komplit
; Hp, laptop, seragam, modem, tesk kit, kamera, LCD, kendaraan dan lain-lain.
3.
Wilayah kerja/daerah operasional penyuluh. Seperti halnya nelayan tradisional.
Wilayah kerja penyuluh tradisional itu sempit. Hanya di rumah ketua kelompok,
lahan anggota, kantor desa dan kantornya sendiri. Tidak demikian dengan
penyuluh modern. Penyuluh modern itu aktif bergerak. Ia ada di mana-mana dan
bisa ke mana-mana, sering berada di lahan petani/nelayan. Kantor desa tak
pernah ketinggalan. Ia juga menyempatkan diri ke instansi terkait seperti
dinas, balai pembenihan, balai penelitian, stand pameran teknologi, lembaga
pendidikan (sekolah, pesantren dan kampus), tempat ibadah, bank, perusahaan,
pasar dan ke BP3K lain untuk studi banding baik di dalam kabupaten maupun luar
kabupaten.
4.
Hasil kerja.
Hasil kerja penyuluh tradisional itu sangat jauh berbeda dengan penyuluh
modern. Padahal waktu kerjanya sama, sehari 24 jam tapi yang dihasilkan
berbeda. Penyuluh tradisional hanya menghasilkan RKP, monografi desa, programa
dan laporan bulanan dengan nilai angka kredit yang rendah. Itu saja. Sedangkan
penyuluh modern mampu menghasilkan RKP, monografi desa, programa dan laporan
bulanan. Bisa membuat brosur, sound slide, film, poster, spanduk, booklet, web,
blog, naskah, tulisan lepas, teknologi tepat guna, makalah, penelitian, karya
ilmiah, buku dsb. Hasil karyanya bermutu tinggi dan layak jual karena bernilai
ekonomis penting. Di samping itu ia juga menelorkan ide-ide, gagasan-gagasan,
konsep dan pemikiran yang mencerahkan.
5.
Masa kerja.
Masa kerja penyuluh tradisional itu sebentar saja. Hanya beberapa jam di
anggota atau kelompok, ngobrol sebentar tidak lama kemudian kembali ke
kantornya untuk berdiskusi dengan teman-temannya. Kalau cuaca tidak mendukung
malah tidak kerja atau tidak turun ke lapangan. Penyuluh modern pandai
memanfaatkan waktu. Masa kerjanya penuh, full time. Sehari 24 jam ia habiskan
untuk hal-hal yang produktif. Waktu luangnya diisi dengan membaca dan menulis.
Istirahatnya dimanfaatkan betul untuk tidur 7-8 jam sehari. Tidak mau lebih dan
tidak mau kurang. Kebanyakan tidur mendatangkan kemalasan, kurang tidur jadi
susah mikir karena ngantuk.
6.
Pengetahuan dan sikap. Ini yang paling penting untuk diketahui. Pengetahuan yang
dimiliki penyuluh tradisional itu sedikit. Sedikit yang ia tahu tentang bidang
yang ditekuninya. Dan tidak mau tahu dengan seberapa besar pengetahuan yang telah
dimilikinya. Ia asyik dengan zona nyamannya sebagai penyuluh yang nyantai, jauh
dari deadline dan target kerja yang
tinggi. Ia juga tidak berusaha untuk meningkatkan potensi dan keunggulan diri
dengan banyak membaca, mengikuti pelatihan dan lain sebagainya. Ia cukup puas
dengan hanya melaksanakan tugas sehari-hari datang ke kantor, ketemu
petani/nelayan dan menyusun laporan bulanan, awal bulan terima gaji. Selesai
sudah. Sebaliknya penyuluh modern itu…memiliki pengetahuan dan wawasan yang
luas. Ia tidak mau terlena berada di zona nyaman. Ia selalu berusaha untuk
mencoba hal-hal yang baru. Akrab dengan percobaan dan penelitian. Ide-idenya
segar, gagasannya brilian dan konsepnya jelas. Itu semua karena selalu meng-update (memperbarui) status informasi
dan beritanya. Sumber beritanya dari koran, majalah,radio, tv, internet, jurnal
penelitian dan buku. Senang sekali bercengkrama dengan tantangan. Baginya
kesuksesan bukanlah bisa meraih sesuatu, tapi berani menghadapi rintangan dan
melewati tantangan. Penyuluh modern itu selalu berusaha meningkatkan potensi
diri karena itu ia senang mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya,
diskusi, studi banding dan sebagainya.
Demikianlah perbedaan antara penyuluh tradisional dengan
penyuluh modern versi saya. Sekarang kembali ke pertanyaan di atas namun saya
rubah sedikit jadi begini:
“Apa yang akan terjadi jika…. kita mengajak nelayan tradisional
menjadi nelayan modern sementara diri kita masih menjadi penyuluh tradisional?”..
Wallahu a’lam bis showaab.(toyib)